Minggu, 11 November 2018


Membangun Kemesraan dalam Amal Sholeh
Mardiyanto, wong Ajibarang

Hari Ahad tanggal 11 November 2018 aku dan istriku memang sudah merencanakan akan momong cucu dan keponakanku. Hari itu kami pilih karena saat itu kedua anaku tidak ada yang dirumah. Anak sulungku berada di Solo untuk kuliah. Anak perempuanku sedang pengikuti student exchange di SD Muhammadiyah 5 Jakarta  dan kemah HW Basarnas Camp di sentul Bogor. Kebetulan aku dan istriku sama-sama libur disela-sela  kesibukan.


Sebagai sarana refreshing sekaligus recharging juga membangun komunikasi dan memelihara kemesraan kami berdua memutuskan membuat acara hari itu. Waktu memang sangat sempit hari Jum’at istriku visitasi di Purworejo pulangnya aku menjemput distasiun Purwokerto pukul 21.00 WIB. Sementara malam itu juga aku berangkat kuliah ke Yogyakarta pukul 24.00 WIB. Kami hanya sempat bertemu 3 jam kumanfaatkan untuk makan  Bebek Goreng Lamongan di Karanglewas yang mak nyus.

Kami memilih mengajak cucu dan keponakan karena pertimbangan kasih sayang. Cucu adalah anak keponakanku yang bekerja di Kalimantan dan istrinya bekerja di Ajibarang sehingga otomatis kurang kebersamaan dengan kedua orangtuanya. Satunya lagi adalah keponakan yang sejak lahir ibunya meninggal dunia dan Bapaknya sudah menikah lagi sehingga dia dirawat oleh neneknya. Mengingat keadaan kedua anak ini *kami tidak pernah berhitung berapa uang yang harus aku keluarkan karena yaqin Allah akan menggantinya dengan yang lebih baik.*

Malam Ahad aku pulang kuliah dari Yogyakarta sampai dirumah pukul 22.30 WIB . Itupun karena satu orang dosen sedang diare jadi tidak berangkat sehingga aku bisa pulang lebih awal. Aku memanfaatkan waktu untuk tidur. Aku harus bangun paling tidak pukul 03.00 WIB untuk mempersiapkan perjalanan besok pagi.

Ahad pagi pukul 03.00 dinihari aku bangun karena memang sudah insting bangun tidur di jam itu. Aku bangunkan istriku dengan dengan ciuman lembut pagi hari. Setelah aktifitas rohainah, kamipun prepare segala sesuatu yang harus dipersiapkan karena akan membawa dua bocah kecil. Setelah kami berdua siap kami membangunkan keponakanku yang malam ini sengaja tidur dirumahku supaya lebih mudah prepare. Aku kirim pesan WA  kakak perempuanku yang cucunya akan ikut pergi denganku pagi ini belum ada jawaban.

Kami berdua membagi tugas, istriku bagian mengurus anak-anak dan barang perbekalan untuk dikereta. Aku menghubungi sopir yang kemarin  sudah menyanggupi mengantar ke stasiun. Dia sudah menyatakan siap menjemput dan mengantar kestasiun tapi sampai pukul 04.00 WIB seperti yang dijanjikan orangnya belum datang. Telepon tersambung tapi tidak diangkat, saya coba lagi sampai tiga kali hasilnya sama. Aku mempradiksi dia belum bangun karena jam 04.00 WIB adalah jam tidurnya orang yang tidak sholat Subuh.  Aku menghubungi sopir yang biasa mengantarku kuliah ke Yogyakarta sama juga mungkin sedang sholat di Mushola HPnya tidak dibawa.

Situasi darurat pagi itu mulai terasa waktu sudah mendekati batas aku telepon kakak perempuanku ternyata cucunya badanya panas ngga bisa ikut. Menghubungi Grab di Ajibarang jam-jam begini tidak ada. Aku menawarkan berangkat pakai sepeda motor karena Cuma bertiga, istriku tidak setuju khawatir kalau hujan. Akhirnya kami memutuskan naik angkutan umum. Kami berangkat bertiga jalan kaki ke pertigaan masjid At Taqwa ternyata jamaah Ahad pagi sudah ramai berdatangan.

Sambil menunggu Bus datang lewatlah angkutan pedesaan. Saya stop saya negosiasi untuk mengantar kami ke stasiun. Akhirnya setelah deal kami berangkat mencarter koperades. Lumayan daripada lu manyun. Waktu sudah menunjukan pukul 04.50 WIB masih ada sisa waktu 40 menit untuk sampai stasiun Purwokerto, belum cetak tiket. Koperades melaju dengan lambat yang membuat saya deg-degan. Saya pasrah saja pada penentu nasib manusia yaitu Allah SWT.

Pukul 05.20 WIB kami sampai stasiun langsung cetak tiket dan langsung masuk stasiun dan menuju kereta yang sudah siap berangkat. Sepuluh menit sebelum kereta berangkat kami sudah duduk nyaman di kereta Logawa yang siap membawa kami ke Yogyakarta.

Ajibarang, 12 November 2018

Sabtu, 03 November 2018


*HIDUP DAN LOMPATAN WAKTU*
Mardiyanto, wong Banyumas

Pada saat mengajar di kelas telpon selulerku berdering dan langsung aku angkat. Seorang pengurus kajian muslimah Baroroh memintaku memberikan tausiyah untuk hari Rabu sore jam 16.00 – 17.00 WIB. Aku mengiyakan dengan menjawab Insya Allah karena memang jadwal jam itu kosong. Jadwal mengajar sampai pukul 15.00 dan  pukul 17.00 – 19.30 WIB saya harus ngisi kajian Sirah Nabawiyah di Masjid At Taqwa Ajibarang. Aku masih punya waktu beberapa menit setelah mengajar dan ada sisa waktu sedikit sebelum  berangkat ke masjid At Taqwa.
Pada jam istirahat aku mempersiapkan materi  yang akan  disampaikan pada kajian muslimah Baroroh nanti.  Segala aktifitas positif itu harus di persiapkan dengan sebaik mungkin. Itulah management pribadi yang selalu lakukan. Bagiku perencanaan yang baik akan menentukan tingkat kepuasan hasil  maksimal. Aktifitas sekolah selesai aku langsung pulang ke rumah dengan maksud sholat Ashar di mushola sendiri. Pulang dari mushola cucuku anak dari keponakan minta ikut kerumah. Akupun mengajaknya kerumahku sehingga rencana istirahat sebentar aku isi dengan bercanda bersama cucuku.
Jam di HP menunjukan pukul 15.50 WIB aku bergegas mandi dan mempersiapkan diri. Aku mendengar pengurus Baroroh menelpon dan diterima oleh istriku mengingatkan bahwa sudah ditunggu. Aku bergegas menuju mushola Darus Syukur tempat kajian Baroroh dilaksanakan. Acara sudah dimulai dengan tadarus al ma’surat. Akupun menempatkan diri ditempat yang tersedia sambil mengikuti aktifitas tersebut.
Saat giliranku menyampaikan tausiyah, kali ini adalah tafsir Surat Fushilat ayat 33 yang aku kaitkan dengan peristiwa terkini. Kewajiban semua manusia mengajak kembali ke jalan Allah. Semua manusia punya kewajiban memperbaiki dirinya, menyeru pada keluarganya agar terhindar dari siksa api neraka. Juga menyampaikan fenomena bencana yang baru saja terjadi adalah karena maksiat sudah melampaui batas disuatu wilayah tertentu.
Setelah selesai menyampaikan tausiyah  aku langsung pamit karena memang harus mempersiapkan diri mengisi kajian sirah nabawiyah di masjid At Taqwa Ajibarang. Cuaca yang sangat panas melingkupi wilayah Ajibarang dan sepertinya  musim kemarau belum akan berakhir. Aku beristirahat sebentar dengan membuka baju koko lengan panjang yang terasa panas untuk cuaca sore itu. Menikmati istirahat yang hanya sekitar 30 menit aku membaca ulang materi yang akan disampaikan pada kajian sirah nanti malam.
Hidup ini ternyata hanyalah lompatan waktu dari aktifitas satu ke aktifitas berikutnya. Siapa yang melewatkan waktu tanpa aktifitas yang bermanfaat akan merasa rugi. Mengerjakan kebaikan atau amal sholeh, saling memberikan nasihat dalam kebaikan dan kesabaran adalah solusi menghindari kerugian terbuangnya waktu yang kita miliki. Jangan sampai  saat hidup akan berakhir baru menyadari kita belum berbuat apa-apa dengan waktu yang ada.

_Kamis dini hari, 16 Safar 1440 H_

KEWARGANEGARAAN DIGITAL

  MODUL INFORMATIKA KELAS X SMK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 20 22 /20 23     Elemen           : Praktik Lintas Bidang (PLB) Peser...